MEKANISME REAKSI BERSAING
SN1 DAN E1
Kali ini akan dibahas mengenai bagaimana mekanisme
reaksi bersaing atau reaksi peperangan di dalam reaksi SN1 dan E1, di mana pada
minggu sebelum-sebelumnya kita sudah mempelajari bagaimana itu tahapan-tahapan masing-masing
reaksi SN1 maupun reaksi E1 dimana kedua-duanya ini mengalami tahapan yang sama
yaitu:
Tahap pertama: terjadi ionisasi dimana pembentukan
karbokation
Tahap kedua : terjadi deprotonasi yaitu lepasnya H
plus
SN1 maupun E1 sama-sama pula menggunakan alkil halida tersier dimana, saat digunakan alkil halida
tersier tersebut maka mekanisme reaksi SN1 maupun E1 akan berjalan lebih cepat,
dan juga menggunakan pelarut polar yang berguna untuk menstabilkan ion
didalamnya. Nah mereka ini berlangsung dalam kondisi yang sama , pada keadaan penggunaan
pelarut polar dan basa yang sangat lemah dari produk yang dihasilkan oleh SN1
biasanya akan lebih menang dalam persaingan dari pada produk yang dihasilkan
dari E1.
Berikut ini ada gambar rekasi bersaingan antara SN1
dan E1
PERMASALAHAN
1.
Mengapa
dalam keadaan penggunaan basa yang sangat lemah produk yang dihasilkan oleh SN1
akan menang dari pada produk oleh E1?
2.
Adakah
kondisi dimana produk yang dihasilkan pada E1 akan menang dalam reaksi bersaing
antara SN1 dan E1?
3.
Pada
umumnya reaksi bersaing antara SN1 dan E1 menggunakan alkil halide tersier,
bagaimanakah jika menggunakan alkil halida sekunder, apakah masih dapat terjadi
reaksi bersaing? Jika iya, siapakah yang
menang dalam persaingan tersebut SN1 ataukah E1?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHai bella. Perkenalkan nama saya Sandi Nim A1C118041. Disini saya ingin menjawab pertanyaan nomor 2.yang mana pertanyaannya itu adalah Adakah kondisi dimana produk yang dihasilkan pada E1 akan menang dalam reaksi bersaing antara SN1 dan E1?
BalasHapusJawaban saya ADA. Alasannya pada saat E1 dapat terjadi atau bersaing dengan SN1 Jika reaksi dilakukan dalam kondisi hangat atau panas (yang mendukung peningkatan entropi), eliminasi E1 kemungkinan akan mendominasi, yang mengarah ke pembentukan alkena.
Pada halida sekunder, substitusi maupun eliminasi dapat bereaksi dengan baik. Baik itu berupa SN1, SN2 maupun E1, dan E2. Namun, kembali lagi kepada kekuatannya apakah itu berupa nukleofilik atau sebagai basa. Hal ini bisa diamati pada contoh dibawah ini :
BalasHapushttps://nurkhalishah052.blogspot.com/2020/03/gambar-jawaban-pertanyaan-bela-veronica.html?m=1
Dari sini dapat kita lihat bahwa dengan menggunakan nukleofili yang lemah lebih banyak menghasilkan substitusi daripada eliminasi.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHai bella
BalasHapusSaya Khusnul Khotimah (A1C118039) akan mencoba menjawab permasalahan no 3.Apabila terdapat alkil halida sekunder, maka reaksi Sn 1 masih dapat dikatakan bersaing dengan E1, karena pada reaksi tersebut terjadi pada kondisi yang sama yakni menggunakan pelarut polar dam nukleofil lemah (H2O). Dan jika diantara reaksi Sn 1 dan E1 sama sama menggunakan nukleofil lemah (H2O), maka alkil halida sekunder cenderung lebih menyukai Sn 1 dan sedikit menyukai E1.